Makassar – Enam awak media mengunjungi keluarga Nurfitriyanti (20) di kediaman mereka pada Sabtu (6/7/24) malam, untuk mengonfirmasi informasi dari konferensi pers yang diadakan di Mapolda Sulawesi Selatan.
Bakti, ayah Nurfitriyanti, bersama dua sepupu, Muh. Yusuf dan Intan Amelia, menyatakan kekecewaannya terhadap hasil klarifikasi konferensi pers yang dianggap banyak kejanggalan.
Intan menjelaskan, Nurfitriyanti pertama kali masuk RS Bhayangkara pada 16 April dengan keluhan demam. Hasil USG menunjukkan adanya batu di empedu. Pada akhir Mei, Nurfitriyanti kembali dengan keluhan sakit perut, dan hasil USG menunjukkan gangguan empedu dan kista.
Kontrol ulang direncanakan, namun petugas USG tidak ada di tempat. Pada 12 Mei, dokter bertemu ayah korban untuk membahas operasi esok harinya.
Keluarga juga menyampaikan bahwa RS Bhayangkara tidak menolak pasien, tetapi ruang UGD penuh sehingga mereka menunggu di mobil.
Pada 5 Juli, tiga perwakilan humas RS Bhayangkara mengunjungi keluarga untuk menyampaikan belasungkawa. Mereka membawa tiga lembar kertas yang tidak diizinkan untuk dibaca oleh keluarga.
M. Yusuf menambahkan, keluarga meminta maaf jika ada dugaan malpraktik, tetapi mereka merasa ada kejanggalan dalam penanganan operasi. Minimnya koordinasi dari dokter ER saat pendarahan yang dialami Nurfitriyanti juga menjadi sorotan.
Keluarga berharap ada kejelasan dan transparansi terkait penanganan kasus ini. Klarifikasi dari pihak RS Bhayangkara melalui konferensi pers pada 6 Juli 2024 dianggap tidak memadai.